Mengenai Saya

Foto saya
Pare-Kediri, Jawa Timur, Indonesia

Jumat, 16 Desember 2011

PRINSIP FARMAKOTERAPI RASIONAL


Assalamualaikum Wr.Wb. temen-temen semua. Postingan kali ini sebenarnya materi kuliah Farmakoterapi di blok Elektif. Kenapa materi ini saya postingkan karena yah sebenarnya sih alasannya pribadi ya,,, intinya aq ngerasa kecewa ama dokter keluarga ku (dokter langganan keluarga), mentang-mentang dah langganan dari dulu pelayanannya jadi ga ngenakin, bnr2 ngecewain pokoknya. Ngecewain seperti apa? Qta bahas nanti aja deh, di postingan selanjutnya.
Salah satu faktor yang bikin kecewa diantaranya adalah pemberian resep yang ga rasional banget, resepnya tuh udah antibiotiknya dobel, salah satu dari antibiotiknya didobelin lagi,,, cik cik cik bnr2 ngawur, kayanya bakteri di badanku bener2 dah mutasi tingkat tinggi sekelas X-Man gara-gara resep tu dokter.
Tujuan dari postingan kali ini adalah sebagai pembelajaran & antisipasi bwat temen-temen calon dokter yang lagi menempuh pendidikan ato profesi, dan tujuan selanjutnya adalah buat refresh bagi pembaca yang udah jadi dokter, supaya terhindar dari pemberian resep yang ga rasional (jiaaah sok wise bgt hr ni,,,,,). Prinsip terapi rasional diantaranya adalah:
1.     1. Setiap obat yang digunakan harus sesuai indikasi.
Indikasi pemberian obat tergantung dari problem list yang kita kemukakan. Problem list bisa berbentuk diagnosis jika clue & cue sudah cukup untuk penegakan diagnosis. Jika clue and cue yang kita dpt hanya kumpulan gejala yang belum dapat menentukan diagnose maka dikatakan syndrome. Jika dari clue and cue hanya didapatkan gejala saja maka dinamakan sign & symptom. Waaah kq malah ngebahas POMR, ok deh nih contohnya terapi yang sesuai indikasi:
Diagnosis:       Asma : anti asma (aminofilin, salbutamol)
                        Infeksi bakteri : anti mikroba (eritromisin, ampicillin)
                        Hipertensi : anti hipertensi (Captopril, Propanolol)
Sygn and symptom:    Nyeri --> Osteoarthritis: Anti nyeri (NSAID)
Batuk : antitusive /ekspektoran
Muntah : Antimuntah (Metoklopramid)
Syndrome        :Poliuri, poldipsi, polifagi --> Diabetes Mellitus : Anti Diabetik
2.      2. Suatu obat seharusnya digunakan pd dosis serendah mungkin dan dalam waktu sependek mungkin asalkan efek yang diharapkan sudah tercapai.
Kayanya udah jelas banget deh kata-kata point 2 ini. jadi jangan alay klo ngasih obat yah,,,,
3.      3. Ketika seorang pasien cukup diterapi dengan 1 macam obat, monoterapi lebih dipilih.
Hindari peresepan seperti ini:
R/ Piroksikam              no. X ( NSAID)
R/ Licodekson             no. X (Steroid)
R/ Ibuprofen               no. X (NSAID)
R/ Dexametason          no. X (Steroid)
Resep diatas adalah resep yg dicontohina ama dosenq, ada sih resep yg bnr2 gokil, pengen sih ngeposting tp mendingan di postingan lain aja deh yg full curcol about dokter keluarga (mantan,,, skrg kan dah ganti….) yg ngecewain bgt
4.      4. Obat yang baru digunakan hanya jika sudah cukup bukti bahwa obat tersebut punya keunggulan dibandingkan obat yang lama.
5.      5. Jika memungkinkan, seleksi regimen obat harus berdasarkan  evidence based (EBM)
Naaa….h klo di poin ni dokter dituntut bwat selalu belajar sepanjang hayat, klo kata dosen bedah favoritq sih belajar sampek matek (wuih kasar ya) klo versi dangdut koplo sampe tue , sampe matek belajar terus. Nah mari kita ber-EBM ria dan ber critt-app. Ok guys!!!
6.      6. Pertimbangkan effikasi, efek samping dan interaksi obat dengan obat lain atau dengan makanan.
Nah klo nih menuntut kita bwat belajar lagi farmakokinetik, farmakodinamik & update ilmu (tetep ber-EBM ria),, yuk buka-buka lagi buku farmako..
7.      7. Regimen obat harus sesederhana mungkin untuk meningkatkan kepatuhan.
Percuma donk klo obat dah sesuai, dosis dah pas, tapi regimen yg qta berikan ribet banget,,, kepatuhan menurun, kadar obat di tubuh dibawah rentang terapi gad a efek donk, klo antibiotic regimen pemberiannya harus bener klo diberikan sehari 3 kali hrs dijelasin ke pasien jam berapa aja waktu minumnya, klo sembarangan minum obatnya malah bias bikin kadar obat dalam tubuh dibawah kurva kadar therapeutic (bias jadi malah nol) maka bakala ngasih kesempatan buat mikroba bermutasi (X-microbe kali ya???), klo dah mutasi ya mw ga mw hrs ganti antibiotic (yg pasti harganya lebih mahal)
8.      8. Persepsi pasien terhadap penyakit yang dideritanya atau persepsinya terhadap untung-rugi suatu terapi dapat mempengaruhi hasil terapi.
9.      9. Observasi respon pasien terhadap obat diperlukan untuk konfirmasi effikasi, mencegah, mendeteksi dan menatalaksana efek samping, mengukur keluhan pasien dan menentukan perlukah penyesuaian dosis obat atau menghentikan terapi obat.
1.  10. Suatu obat tidak boleh diberikan secara injeksi jika pemberian secara peroral sama efektifnya dg pemberian i.v dan lebih aman.
Indikasi pemberian obat secara injeksi diantaranya:
Perlu efek cepat misalnya status asmatikus
Keadaan emergency misalnya syok anafilaktik
Pasien tidak dapat minum obat oral misalnya kondisi post operasi
Obat tidak dapat diabsorbsi di GIT, misalnya penicillin G.
111.  Sebelum terapi obat diberikan , modifikasi gaya hidup harus dilakukan jika hal itu dapat mengurangi jumlah kebutuhan obat atau meningkatkan efek terapi.
Klo ni bnr2 butuh kerjasama antara dokter dan pasien, contohnya pasien hypertensi disamping minum antihipertensi juga harus melakukan modifikasi life style , seperti olahraga, merubah diet makanan, dll.
112.  Sebelum suatu obat diberikan, harus dipahami betul bahwa pemberian obat dapat menyebabkan suatu penyakit, tanda, gejala, sindroma, atau hasil laboratorium yang abnormal.
113.  Jika diketahui suatu obat mempunyai effikasi dan safety yang hampir sama, tapi harganya lebih murah atau lebih terjangkau oleh pasien, obat tersebut harus dipilih.
Nah klo ni moral kita yang maen,, klo suatu pasien cukup ditangani dengan obat generic ya kasih generic aja, tapi klo ga da generiknya klo bias kita pilihkan obat yang harganya terjangkau dengan kantong pasien, jangan terlalu terpengaruh ama sponsor pabrik obat ya (kata2 bijak dari seorang dosen)
114.  Ketika memutuskan pemberian suatu obat pada seorang pasien, efek sosial harus dipertimbangkan.
115.  Pertimbangkan hal-hal yang mungkin menjadi penyebab  gagal terapi.

Mungkin diatas pembahasan ama contohnya kurang,,, yah maklum namanya juga masih belajar, Ok deh see you in next posting……. Ok guys (oia bsk da ujian nih doain sukses ya,,,)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar