Mengenai Saya

Foto saya
Pare-Kediri, Jawa Timur, Indonesia

Selasa, 12 April 2011

Tumbuh Kembang Anak


Konsep tumbuh kembang
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat. (Irwanto & Ahmad Suryawan,2008).
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. (Irwanto & Ahmad Suryawan,2008).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ/individu. Walaupun demikian, kedua peristiwa itu terjadi secara sinkron dalam setiap individu (Soetjiiningsih,1998).
Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak
Anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan yang normal, dan ini merupakan hasil dari interaksi banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak (Suganda, 2002). Banyak sekali faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, faktor-faktor tersebut diantaranya adalah:
1.      Faktor internal
·         Ras/etnik atau bangsa. Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, maka ia tidak memiliki faktor herediter ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya.
·         Keluarga. Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek, gemuk atau kurus.
·         Jenis kelamin. Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.
·         Genetik  adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil.
·         Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan seperti pada sindroma Down dan sindroma Turner
(Irwanto & Ahmad Suryawan,2008)
2.      Faktor eksternal
A.    Faktor pranantal
·         Nutrisi ibu hamil terutama trimester akhir kehamilan akan mempengaruhi pertumbuhan janin.
·         Mekanis. Posisi janin yang abnormal akan menyebabkan kelainan konginetal, seperti club foot.
·         Toksin/ zat kimia. Aminoprotein dan obat kontrasepsi dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti palatokisis.
·         Endokrin. Diabetes mellitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali dan hyperplasia adrenal.
·         Radiasi. Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu dapat menyebankan kematian janin, kerusakan otak, mikrosefali dan cacat bawaan. Misalnya pada peristiwa Hiroshima dan Nagasaki.
·         Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (toxoplasma, Rubella, Sitomegalo virus, Herpes simpleks), PMS (Penyakit Menular Seksual) serta penyakit virus lainnya dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti katarak, bisu, tuli, mikrosefali, retardasi mental dan kelainan jantung kongenital.
·         Imunitas. Rhesus atau ABO inkompatibilitas sering menyebabkan abortus, hidrops fetalis, kern ikterus atau lahir mati, anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta menyebabkan pertumbuhan terganggu.
·         Stres. Stres yang dialami ibu pada waktu hamil dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin, antara lain cacat bawaan dan kelainan kejiwaan
(Soetjiningsih, 1998)
B.     Faktor persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala dan asfiksia dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak. (Suganda, 2002)
C.     Faktor pascanatal
·         Gizi, untuk tumbuh kembang bayi diperlukan asupan makanan yang adekuat.
·         Penyakit kronis atau kelainan konginetal. Tuberkulosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani.
·         Lingkungan fisik dan kimia. Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu (Pb, Mercuri, rokok, dan alkohol) mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan anak,
·         Psikologis. Hubungan anak dengan orang sekitarnya, seorang anak yang merasa tidak dikehendaki orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan akan mengalami hambatan didalam pertumbuhan dan perkembangannya.
·         Endokrin. Gangguan hormon misalnya pada penyakit hipotiroid akan menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.
·         Sosio-ekonomi. Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, akan menghambat pertumbuhan anak.
·         Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak.
·         Stimulasi. Perkembangan memerlukan rangsangan khususnya dalam keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak,
·         Obat-obatan. Pemakaian kortikosteroid jangka panjang akan menghambat pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf pusat yang menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan.
(Irwanto & Ahmad Suryawan,2008)
2.3.3        Periode tumbuh kembang anak
Menurut Suganda (2002) tumbuh kembang anak berlangsung secara teratur, saling terkait dan berkesinambungan dimulai sejak masa konsepsi sampai dewasa. Walaupun terdapat beberapa variasi akan tetapi setiap anak akan melewati suatu pola tertentu yang merupakan tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan sebagai berikut:                                                         (Suganda, 2002)
1.      Masa pranatal atau masa intra uterin (masa janin dalam kandungan). Masa ini dibagi menjadi dua periode:
a.       Masa embrio ialah sejak konsepsi sampai umur kehamilan 8 minggu.
b.      Masa fetus ialah sejak umur 9 minggu sampai kelahiran.
(Hariyono, 2002) 
Masa postnatal atau masa setelah lahir terdiri dari beberapa periode:
a.       Masa neonatal (0-28 hari)
b.      Masa bayi, dibagi menjadi dua bagian:
·          Masa bayi dini (1-12 bulan), pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan berlangsung secara kontinyu terutama meningkatnya sistem saraf.
·         Masa bayi akhir (1-2 tahun), kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan dalam perkembangan motorik dan fungsi ekskresi.
(Suganda, 2002)
c.       Masa prasekolah (2-6 tahun): pada masa ini pertumbuhan berlangsung dengan stabil. Terjadi perkembangan dengan aktifitas jasmani yang bertambah dan meningkatnya keterampilan dalam proses berfikir. (Suganda, 2002)
      Memasuki masa prasekolah anak akan mulai menunjukkan keinginannya, seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Pada masa ini, selain lingkungan dalam rumah, lingkugan di luar rumah mulai diperkenalkan. Anak mulai senang bermain diluar dan berteman, bahkan banyak keluarga yang menghabiskan sebagian besar waktu bermain di luar rumah (Irwanto & Ahmad Suryawan,2008).
      Pada usia antara 2 dan 5 tahun, rata-rata pertambahan berat badan anak kira-kira 2 kg dan tinggi badan 7 cm setiap tahun. Bagian utama perut anak menjadi rata dan tubuh menjadi lebih langsing. Ketajaman penglihatan mencapai 20/30 pada usia 3 tahun dan 20/20 pada usia 4 tahun. Semua 20 gigi primer telah muncul pada usia 3 tahun (Richard,1999) .
      Sebagian besar anak berjalan dengan gaya matur dan lari dengan mantap sebelum akhir tahun ketiganya. Melewati tingkat dasar ini, terdapat variasi yang luas dalam kemampuan seperti kisaran kegiatan motorik berkembang mencakup melempar, menangkap dan menendang bola, mengendarai sepeda, menaiki bangunan dilapangan, menari dan polah tingkah laku-kompleks yang lain. Tanda-tanda gaya aktivitas motorik kasar, seperti tempo, intensitas dan kewaspadaan juga sangat bervariasi karena bakat bawaan (Richard, 1999).
d.      Masa sekolah atau masa prapubertas (Wanita: 6-10 tahun, laki-laki: 8-12 tahun)
e.       Masa adolesensi atau masa remaja (Wanita: 10-18 tahun, laki-laki:12-20 tahun)
(Hariyono, 2002)
Perkembangan anak
Periode penting dalam tumbuh kembang anak dalah masa balita. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosisal, emosional, dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. (Soetjiningsih, 1998)
Salah satu instrument untuk skrining perkembangan yang dipakai secara internasional adalah DDST (Denver Developmental Screening Test) disebut dengan Denver II. Tes ini dikembangkan sejak 1969 oleh Frankenburg di Denver, Colorado. (Narendra, 2002) , parameter yang dipakai adalah:
1.      Sosial dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.
2.      Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, tapi memerlukan koordinasi yang cermat. Misalnya kemampuan untuk menggambar, memegang suatu benda dll.
3.      Kemampuan bicara atau bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan kemampun untuk memberikan respon terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya.
4.      Gross motor (perkembangan motorik kasar) aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri, dan sebagainya.
(Irwanto & Ahmad Suryawan,2008)
Banyak “milestone” perkembangan anak yang penting, Dengan mengetahui berbagai macam “ milestone “, maka kita dapat mengetahui apakah serang anak perkembangannya terlambat atau masih dalam batas normal.dibawah ini akan disajikan “milestone “  yang harus diketahui dalam mengetahui tingkat perkembangan anak.
Usia
Motorik Kasar
Motorik Halus
Bahasa
Sosial Kemandirian
 4 minggu
Kepala merebah
Tonic nerve reflex
Tangan mengepal

Melihat sekitarnya
Mata mengikuti gerak-gerak tetapi terbatas
Bersuara
Memperhatikan bel
Melihat muka orang
 16 minggu
Kepala tak merebah lagi
Letaknya simetrik
Tangan terbuka

Mengikuti gerak-gerik
Melihat


Tertawa, membikin dan memperdengarkan suara
Bermain dengan tangan dan pakaian
Mengenal botol
Bersiap-siap untuk makan
 28 minggu
Duduk dengan sokongan kedua tangan
Mengenang kubus
Melihat dan menyentuh kancing
Memindahkan kubus dari satu tangan ke tangan yang lain

Berteriak dengan senang , membuat suara
Mendengarkan suara sendiri
Bermain dengan kaki mainan
Bersiap-siap untuk makan
40 minggu
Duduk tanpa sokongan kedua tangan
Memegang kubus
Melihat dan menyentuh kancing
Bermain dengan 2 kubus, yang satu disentuhkan dengan yang lain
Mengucapkan satu perkataan
Memperhatikan namanya
Dapat bermain-main yang mudah-mudah
Dapat makan biskuit lagi
1 tahun
Berjalan dengan bantuan
Duduk bersila

Memindahkan kubus ke dalam cangkir
Dapat mengucapkan 2 atau lebih perkataan
Membantu waktu berpakaian
Memberikan mainan bila diminta
16/12 tahun
Berjalan tanpa jatuh
Duduk sendiri di kursi kecil
Menyusun tumpukan dengan 3 kubus
Mengeluarkan kancing dari botol
Meniru coretan potlot lurus
Berkata-kata tanpa arti
Mengenal gambar
Dapat memakai sendok dengan sedikit tumpah
Kencing dan buang air teratur
2 tahun
Berlari
Menyusun tumpukan dari 6 kubus
Meniru coretan potlot lingkaran
Memakai perkataan yang tidak berarti
Mengerti beberapa petunjuk mudah
Dapat mengatakan hendak buang air atau kencing
Bermain boneka
3 tahun
Berdiri dengan kaki satu tanpa jatuh
Membuat tumpukan dengan 10 kubus
Membuat jembatan dengan 3 kubus
Meniru gambar silang (kruis)
Berbicara lengkap dalam kalimat
Menjawab pertanyaan yang mudah
Memakai sendok dengan baik
Memakai sepatu sendiri
Berjalan kian kemari
4 tahun
Berjinjit
Membuat pintu gerbang dengan lima kubus
Menggambar orang
Memakai kata penghubung
Mengetahui kata tambahan
Dapat mencuci dan mengeringkan muka
Dapat disuruh mengerjakan sesuatu
Bermain bersama-sama
5 tahun
Berjinjit dengan kaki berganti-ganti
Dapat menghitung 10 sen
Berbicara lancer
Bertanya: mengapa?
Dapat memakai pakaian tanpa bantuan
Bertanyan arti perkataan
Tabel 2 : Perkembanagan Anak Berdasarkan Usia. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI,1985 
Penilaian perkembangan anak
Skrinning perkembangan yang banyak digunakan oleh profesi kesehatan adalah DenverII, antara lain karena mempunyai rentang usia yang cukup lebar  (mulai dari bayi baru lahir sampai umur 6 tahun) mencakup semua aspek perkembangan dengan realiability yang cukup tinggi.
 DDST adalah salah satu metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak, tes ini bukanlah tes diagnosik atau tes IQ. DDST memenuhi persyaratan yang diperlukan untuk metode skrining yang baik. Tes ini mudah dan cepat (15-20 menit), dapat diandalkan dan menunjukkan validitas yang tinggi. Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan ternyata DDST secara efektif dapat mengidentifikasi antara 85-100% bayi dan anak-anak prasekolah yang mengalami keterlambatan perkembangan, dan pada ”follow up” selanjutnya ternyata 89 % dari keompok DDST abnormal mengalami kegagalan di sekolah 5-6 tahun kemudian.
Tetapi dari penelitian Borowitz (1986) menunjukkan bahwa DDST tidak dapat mengidentifikasi lebih separoh anak dengan kelainan bicara. Frankenburg melakukan revisi dan restandarisasi kembali DDST dan juga tugas perkembangan pada sektor bahasa ditambah, yang kemudian hasil revisi dari DDST tersebut dinamakan Denver II.           
(Soetjiningsih, 1998)
A.    A.  Aspek perkembangan yang dinilai
           Terdiri dari 105 tugas perkembangan pada DDST dan DDST-R, yang kemudian pada Denver II dilakukan revisi dan restandarisasi dari DDST sehingga terdapat 125 tugas perkembangan. tugas perkembangan itu disusun berdasarkan urutan perkembangan dan diatur dalam 4 kelompok besar yang disebut sektor perkembangan, yang meliputi Personal social (perilaku sosial), Fine motor adaptive (gerakan motorik halus), Language (bahasa) Gross motor (gerakan motorik kasar).
(Soetjiningsih, 1998)
           Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh. Setiap tugas (kemampuan) digambarkan dalam bentuk kotak persegi panjang horizontal menurut umur, dalam lembar DDST. Pada umumnya pada waktu tes, tugas yang perlu diperiksa pada setiap kali skrining hanya berkisar antara 25-30 tugas saja, sehingga tidak memakan waktu lama hanya sekitar 15-20 menit saja.
(Soetjiningsih, 1998)

B.     Alat yang digunakan
·      Alat peraga : benang wol merah, kismis/manik-manik, kubus warna merah-kuning-hijau-biru, permainan anak, botol kecil, bola tenis, bel kecil, kertas dan pensil.
·      Lembar formulir DDST
·      Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes dan cara penilaiannya.
            (Soetjiningsih, 1998)
C.     Prosedur DDST terdiri dari tahap, yaitu:
1.   Tahap pertama : secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia :
a.       3-6 bulan
b.      9-12 bulan
c.       18-24 bulan
d.      3 tahun
e.       4 tahun
f.       5 tahun
2.   Tahap kedua : dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan perkembangan pada tahap pertama. Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi diagnostik yang lengkap.
(Soetjiningsih, 1998)
D.    Penilaian
           Dari buku petunjuk terdapat penjelasan tentang bagaimana melakukan penilaian, apakah lulus (Passed=P), gagal (Fail=F), ataukah anak tidak mendapat kesempatan melakukan tugas (No Opportunity=N.O). kemudian ditarik garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garis horizontal tugas perkembangan pada formulir DDST. Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan berapa yang F, selanjutnya berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasi dalam : lebih (advanced),  normal, caution/peringatan, delayed/ keterlambatan.
(Soetjiningsih, 1998)
1.      Lebih (advanced) :  bila anak mampu uji coba melewati sebelah kanan garis umur.
2.      Normal : bila anak gagal uji coba pada sebelah kanan garis umur atau anak P,F,atau R pada garis umur antara persentil 25 dan 75.
3.      Caution/peringatan: bila anak gagal (F) atau menolak (R) tugas perkembangan  pada garis usia kronologis persentil ke-75 dan ke-90.
4.      Delayed/ keterlambatan: bila anak gagal (F) atau menolak (R)  melakukan uji coba yg terletak lengkap di sebelah kiri garis usia kronologis.
5.      No oppurtunity / tidak ada kesempatan : orang tua melaporkan bahwa anaknya tak ada kesempatan untuk melakukan test tersebut.
 (Soetjiningsih, 1998)
Dalam pelaksanaan skrining dengan DDST ini, umur anak perlu ditetapkan terlebih dahulu, dengan menggunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk satu tahun. Bila dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah dan sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas.
Perhitungan umur adalah sebagai berikut :
Misalnya Budi lahir pada tangal 23 Mei 1992 dari kehamilan yang cukup bulan dan tes ini dilakukan pada tanggal 5 Oktober 1994, maka perhitungannya sebagai berikut :
      1994-10-5  (saat tes dilakukan)
      1992-5-23  (tanggal lahir Budi)
Umur Budi 2-4-12=2 tahun 4 bulan 12 hari, karena 12 hari adalah lebih kecil dari 15 hari, maka dibulatkan ke bawah, sehingga umur Budi adalah 2 tahun 4 bulan.
           Kemudian garis umur ditarik vertikal pada formulir DDST yang memotong kotak-kotak tugas perkembangan pada ke-4 sektor. Tugas-tugas yang terletak disebelah kiri garis itu, pada umumnya telah dapat dikerjakan oleh anak-anak seusia Budi (2 tahun 4 bulan). Apabila Budi gagal mengerjakan beberapa tugas-tugas tersebut (F), maka berarti suatu keterlambatan pada tugas tersebut. Bila tugas-tugas yang gagal dikerjakan berada pada kotak yang terpotong oleh garis vertikal umur, maka ini bukan suatu keterlambatan, karena pada kontrol lebih lanjut masih mungkin terdapat perkembangan lagi. Begitu pula pada kotak-kotak disebelah kanan garis umur.
           Pada ujung kotak sebelah kiri terdapat kode-kode R dan nomor. Kalau terdapat R maka tugas perkembangan cukup ditanyakan pada orang tuanya, sedangkan bila terdapat kode nomor maka tugas perkembangan dites sesuai petunjuk dibaliknya formulir. (Soetjiningsih, 1998).
           Pada anak-anak yang lahir prematur, usia disesuaikan hanya sampai anak usia 2 tahun, contoh perhitungan anak dengan prematur:
An. Lula lahir prematur pada kehamilan 32 minggu, lahir pada tanggal 5 Agustus 2006. Diperiksa perkembangannya dengan DDST II pada tanggal 1 April 2008. Hitung usia kronologis An. Lula!
Diketahui:
Tanggal lahir An. Lula : 5-8-2006
Tanggal periksa : 1-4-2008
Prematur : 32 minggu
Ditanyakan: Berapa usia kronologis An. Lula?
Jawab:
2008 – 4 – 1 An. Lula prematur 32 minggu
2006 – 8 – 5 Aterm = 37 minggu
_________ - Maka 37 – 32 = 5 minggu
1 – 7 -26
Jadi usia An. Lula jika aterm (tidak prematur) adalah 1 tahun 7 bulan 26 hari atau 1 tahun 8 bulan atau 20 bulan. Usia tersebut dikurangi usia keprematurannya yaitu 5 minggu X 7 hari = 35 hari, sehingga usia kronologis An. Lula untuk pemeriksaan DDST II adalah: 1 tahun 7 bulan 26 hari – 35 hari = 1 tahun 6 bulan 21 hari atau 1 tahun 7 bulan atau 19 bulan.
E.     Interpretasi tes
Normal :  tidak ada kelambatan dan maksimum dari satu kewaspadaan.
Suspect : satu atau lebih kelambatan dan/atau dua atau lebih banyak kewaspadaan.
Untestable : penolakan pada satu atau lebih pokok dengan lengkap ke kiri garis usia atau pada lebih dari satu pokok titik potong berdasarkan garis usia pada area 75% sampai 90%.
(Soetjiningsih, 1998)

1. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1985. Pertumbuhan dan Perkembangan . In: Rusepno Hasan., Husein Alatas. Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. pp 145-168.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar